Sun Hee kecil dikenal sebagai anak riang dan bersemangat, setiap saat bibirnya selalu melengkung ke atas membentuk senyuman dan tiada hentinya mengoceh. Energinya seolah tidak pernah habis, ia begitu aktif dan punya banyak teman.

Seperti lingkungannya yang berubah, begitu pula dirinya. Sun Hee sekarang dikenal sebagai orang yang tenang, sopan, dan ramah. Masih sama ceria seperti dulu, hanya saja ia sering menahan diri saat bertindak karena selalu mengutamakan pendapat sang ibu terhadap dirinya. Seringkali ragu untuk melakukan sesuatu terlebih bertindak spontan, juga paranoia parah, ada saja yang ia pertanyakan kembali tentang dirinya akan sekitarnya. Ia bisa menahan emosinya dengan baik sehingga terkadang sangat sulit untuk dipahami dalam beberapa keadaan, termasuk bagi dirinya sendiri.

Dalam bidang pekerjaan ia dikenal tegas dan persuasif. Sangat kompeten dan telaten, merupakan pribadi yang individualis, serius, dan rasional. Ia senang membantu, merasa dirinya berguna bagi orang lain membuat ia punya alasan lebih untuk tinggal. Tidak jarang orang lain memanfaatkan sikapnya yang sulit untuk berkata tidak, sedangkan ia merasa senang karena merasa dibutuhkan.

STORYLINE

Early Life and Family

Banyak cerita dan alasan kenapa seseorang lahir ke dunia ini, entah disambut dengan suka atau duka. Cerita ini diambil dari sudut pandang orang ketiga tentang Han Sun Hee.

Han Sun Hee dan adiknya menjadi hadiah terbaik yang pernah orang tua mereka terima dan pinta untuk keluarga kecil mereka. Namun, kebahagian keluarga kecil mereka tidak berlangsung begitu lama seperti yang diandaikan. Berawal dengan sang ayah yang mulai mengurangi waktu bersama dengan keluarganya dan juga ibu yang mencoba mengadu kasih ke lain raga.

Apa yang diketahui Sun Hee selain merasa bahwa keluarganya tidak lagi sama seperti dulu? Sun Hee yang masih berusia 15 tahun tampak tidak mau menerima situasi bahwa kedua orang tuanya sedang melalui proses pengadilan untuk berpisah. Hak asuh Sun Hee jatuh kepada sang ibu, ia kehilangan sosok ayah juga adik kecilnya. hubungan keduanya berlanjut sebagai dua orang berhubungan erat dengan darah tapi berjarak bagai orang yang tidak tahu nama satu sama lain.

Sun Hee terpaksa menyesuaikan diri bahwa rumah mereka tidak lagi seperti dulu. Mereka tidak lagi tinggal bersama, ayah dan adiknya pergi meninggalkan rumah. Dilain sisi ibunya berangsur-angsur memberikan jarak antara mereka berdua, menjadi anak yang masih butuh kasih sayang ia terus berusaha mendapatkan kembali senyum ibu yang menyapanya setiap hari.

Saat beranjak dewasa, ia tidak dapat mengingat kapan ketika ia tidak mencari validasi dari ibu. Ia ingat ketika masih duduk dibangku sekolah, ketika semua teman dekatnya mendapatkan nilai sempurna dan masuk dalam peringkat 10 besar tapi tidak dengannya. Ibu menyebutnya seorang pemalas dan tidak sepintar teman-temannya. Setelahnya ia terus memastikan dirinya untuk mendapatkan nilai yang sempurna agar membuat ibunya senang.

Ia ingat ketika mereka menonton sebuah drama sedih dan tidak menangis, ibu bilang ia berhati dingin makanya ia tidak bisa menangis. Membuatnya memaksakan diri untuk menangis setiap kali melihat hal yang tampak menyedihkan, membuatnya mulai menangisi segala hal yang terjadi padanya. Mencari pengakuan yang mungkin tidak pernah ada.

Kadang ia bertanya pada dirinya sendiri, apa yang sebenarnya ia cari? Validasi dari ibunya atau kehangatannya? Sampai pada akhirnya sang ibu pun turut pergi meninggalkannya. Kata ibu, mereka sudah bisa mulai mengurus hidup masing-masing.

Tidak ada yang perlu ia khawatirkan kata mereka, ia tidak perlu repot memikirkan biaya pendidikannya, dan juga tidak perlu repot memikirkan masalah keuangan. Ibunya masih menanggung segala keperluannya. Saat itu ia sadar, bahwa pada dasarnya memang dirinya yang tidak diinginkan oleh siapapun termasuk ayah dan ibunya. Hal yang sama mungkin menjadi alasan mengapa kedua orang tuanya berpisah.

Cerita kecil keluarganya memang terdengar menyedihkan, tapi hidupnya tidak seburuk yang dibayangkan. Sun Hee berhasil menjalani harinya dengan tawa dan rasa bahagia, ia mengenal lebih banyak orang selepas kepergian orangtuanya. Tapi tetap saja ada waktu dimana rasa sepi itu muncul dan membuatnya bermuram, merindukan keluarganya yang dulu. Itu membuktikan bahwa ia sama seperti yang lain walau berada dalam buku cerita yang berbeda.

Education & Career

1. Punya banyak hobi yang ia kerjakan setengah-setengah.
2. Sakit lambungnya sudah akut.
3. Alergi bunga dan bulu anjing-kucing.
4. Menonton film horror seperti bergenre komedi.
5. Coping mechanism-nya adalah menangis akan hal-hal sepele.

RELATIONSHIP